Rabu, 21 Maret 2012

Perjalanan Training “Yes, Ujianku Sukses!”

Training Yes, Ujianku Sukses! (YUS) adalah salah satu program JAN Training Team. Program ini dimaksudkan untuk membantu pelajar yang hendak mengikuti Ujian Nasional. Baik itu kelas 6 SD maupun kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA. Program ini sudah berlangsung sejak tahun lalu. Ini memasuki tahun kedua. Tahun lalu, YUS berhasil melaksanakan agenda terkait ujian, baik training maupun talk show mampu menembus angka 30. Sebagai program awalan, saya menganggap termasuk sukses, meski target waktu itu ada 100 training. Waktu itu semuanya baru, konsep baru, SDM baru, terbatas, bingung apa yang harus dilaksanakan, jaringan belum terbentuk dan lain sebagainya. Karena program ini based on book “Ujian Sukses Tanpa Stress” karya Pak Fatan Fantastik, yang tidak baru ya bukunya itu. Kami selaku pelaksana juga pendatang baru, maka kami meraba-raba, berbagai system kami coba. Tidak cocok, kami perbaiki lagi, cari format baru lagi. Yang kami rasakan waktu itu adalah kerja optimal dan mengeluarkan segenap kemampuan. Dan hasilnya, sungguh di luar dugaan. Banyak pelajaran yang kami dapatkan. Berbekal sedikit pengalaman masa lalu sebagai pendatang baru, maka tahun ini juga diadakan Program YUS.

Tahun ini kita memulai lebih awal, yaitu bulan Januari, dan berakhir lebih akhir yaitu pertengahan Mei. Segala hal kita persiapakan. Meski memulai lebih awal, bukan berarti lebih bagus persiapannya. Tahun ini hampir semua tim yang bergabung adalah orang baru. Saya sendiri, yang tahun lalu sebagai koordinator tim, kali ini hanya pendamping, yang tidak banyak terjun langsung urusan operasional. Tahun ini mengalami beberapa perubahan strategi. Tarining untuk sekolah-sekolah berkurang, event besar diperbanyak. Sampai sekarang belum ada 20 training ke sekolah, namun event sudah ada sekian banyak. Diawali dengan training YUS di Klaten, kerja sama dengan FARISKA 18 Maret lalu. Besok tanggal 23 Maret akan dilaksanakan di SLeman barat, tepatnya di Balai Desa Sidoarum. Tanggal 25 di dua tempat, Kulon Progo (UNY Wates) dan Jogja (SMTI jogja). Tanggal 1 April kita akan mengadakan di Wonosobo, Insya Allah. Mohon doanya, semoga semua berjalan lancar dan barokah.

Proses yang menarik, bagi saya pribadi adalah ketika tahun ini banyak mendatangi SD. Dan uniknya, ada beberapa SD yang letaknya tidak di tengah kota, tapi agak masuk ke dalam. Sebut saja, SD Jaten, Ngemplak, Sleman. Ada juga SD Muh Balecatur, Gamping. Adakah yang mengetahuinya? Saya yakin sebagaian besar dari Anda baru pertama kali mendengarnya. Atau sebut saja SD N Girisekar, pernah mendengar? Dan sekian banyak SD lain di Dieng Wonosobo.

Kesempatan kali ini, saya akan berbagi sedikit tentang SD N Girisekar, Panggang, Gunungkidul. Tahun ini kedua kalinya kami ke sekolah itu. Jarak dari kota Jogja lumayan, kira-kira 1,5 jam dengan kendaraan roda dua berkecepatan biasa. Letaknya, Jogja ke Selatan arah Imogiri, setelah pasar Imogiri belok ke kanan, kemudian pertigaan belok ke kiri. Lurus saja, naik daerah Siluk, sampailah di kecamatan Panggang. Dari kecamatan, ikuti jalan arah Panggang-Wonosari, kira-kira 20 menit, sampailah kita di SD Girisekar. Agak masuk ke dalam, namun bangunannya lumayan. Yang membuat saya kaget, ternyata tahun lalu SD ini mendapat peringkat pertama se-Kecamatan Panggang. Wah, senang sekali bisa berbagi dengan calon pemimpin bangsa.

Jumlah siswanya 36 anak, itupun dibagi menjadi 2 kelas, sehingga proses pembelajaran sangat efektif. Jangan tanya apakah mereka akrab dengan game on line, Facebook atau internet. Jelas mereka belum kenal dengan semua itu, paling hanya satu dua orang saja. Nah, itulah yang kusuka. Di sana juga masih saya temukan permainan tradisional seperti gobak sodhor. Saya jadi tertantang untuk memainkan lagi, kangen.
Ada satu dua anak yang menurut gurunya nakal dan susah diatur, namun menurut saya, biasa saja. Mereka mudah diingatkan, sangat respek terhadap orang lain. Sopan, antusias dan tata kramanya jalan. Gurunya juga sangat peduli dengan kondisi murid. Namanya Bu Prapti. Ada juga bapak yang saya lupa namanya (Maaf ya Pak). Semangatnya berkobar-kobar dalam mengajar dan peduli dengan akademis siswa. Anak yang tidak bisa Matematika, betul-betul dipandu perlahan, tahap demi tahap agar mereka bisa mempelajari Matematika dengan lancar. Dari sinilah saya berfikir, menjadi guru SD itu bukan perkara mudah. Kenapa? Karena anak belum bisa diajak berfikir logis, masih sangat kekanak-kanakan. Maka, tugas terberat guru SD adalah membuat fondasi yang kokoh. Sehingga ketika SMP mereka memiliki imunitas terhadap buruknya lingkungan ataupun pengaruh dari luar. Termasuk dalam pelajaran, kalau di SD berhasil membuat pondasi, ketika SMP, anak akan lebih mudah diarahkan dan mencintai belajar. Mendapat pelajaran agak sulit, mereka tidak mudah mengeluh dan putus asa. Mereka tertantang, dan terus berusaha. Penanaman kerja keras ini letaknya di SD. Salut untuk guru SD. Saya sendiri mungkin akan kesulitan memberikan pelajaran untuk anak SD. Kalau training masih bisa, tapi kalau member pelajaran, perlu usaha keras belajar.
SD Girisekar ini, uniknya, selain guru yang sangat antusias dan peduli dengan kondisi siswa, orang tua juga mendukung. Program training ini yang meminta adalah orang tua murid. Malahan, mereka meminta dua kali. Yang kedua tanggal 7 April. Setelah berbincang lebih jauh, ternyata kepedulian orang tua terhadap pendidikan cukup tinggi. Anak yang secara akademis lebih baik dan kemampuan ekonomi orang tua cukup, diarahkan oleh sekolah agar anaknya disekolahkan di SMP 1 Wonosari (menurut informasi, ini SMP Terbaik secara akademis di Gunungkidul) atau SMP lain yang dikenal maju secara akademis. Tahun lalu, saya ketemu dengan alumni Girisekar yang saat ini sekolah di SMP 1 Galur (katanya sih, ini SMP terbaik secara akademis se-Kulon Progo). Tahun ini ada 5 anak yang ingin ke SMP itu. Perlu diketahui, Girisekar dan Wonosari perlu waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam perjalanan. Anak sekecil itu sudah harus kos dan jauh dari orang tua. Namun, dari dulu begitulah anak-anak Girisekar. Salut. Saya berharap, dari mereka lahir pemimpin yang sesungguhnya. Jadi malu juga, dari dulu saya selalu dekat dengan orang tua, heee.

Penanaman adab, tata krama, sopan santun, etika juga bermula dari SD. Jangan menunggu SMP. Kalau guru SD antusias, semangat, mengajarkan nilai-nilai dan menyiapkan anak sukses dunia akhirat, Insya Allah anak akan menjadi lebih baik. Ketika training itulah, saya kemudian teringat guru SD saya, betapa penuh perjuangan mereka mengajari saya yang bodoh ini. Membuat saya mencintai belajar. Karena hari ini yang sering ditanamkan bukan mencintai belajar, namun bagaimana cara mengerjakan soal. Saya bersyukur diajari mencintai belajar. Terima kasih bapak ibu, ingin rasanya bertemu dengan Anda sekalian. Mengucap banyak terima kasih dan mengenang masa-masa SD.

Pelajaran itu yang saya dapatkan dari SD N Girisekar. Sebenarnya banyak pelajaran lainnya dalam proses perjalanan training YUS kali ini. Semoga lain kesempatan bisa berbagi lagi. //AJ

1 komentar: